KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
pertolongan Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah perusahaan jasa yang akan
membahas mengenai profil PT Aerowisata Catering Service.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana gambaran
umum perusahaan PT Aerowisata Catering Service,bagaimana bentuk jasa yang
ditawarkan,apa saja tujuan dibentuknya perusahaan jasa tersebut hingga
bagaimana pemasarannya kepada konsumen/pelanggan yang menggunakan jasa
tersebut.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi saya sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Palembang, 4 Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................................3
1.3. Tujuan ..........................................................................................................4
1.5. Visi dan Misi
................................................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Maskapai Penerbangan......................................................................6
2.2. Gambaran Umum Perusahaan Inflight Caterer .............................................7
2.2.1. Struktur
Organisasi Perusahaan ..........................................................12
2.2.2. Ketenagakerjaan.................................................................................14
2.2.3. Fasilitas
Produksi ...............................................................................15
2.2.4. Proses
Produksi ................................................................................16
2.2.5. Pengawasan
Mutu Produk .................................................................17
2.3. Pengelolaan Bahan Baku
.............................................................................18
2.4. Sistem Penyimpanan Bahan Baku.................................................................19
2.5. Persediaan
..................................................................................................19
2.5.1. Manfaat dan Fungsi
Persediaan..........................................................20
2.5.2. Jenis
Persediaan.................................................................................21
2.5.3. Sistem
Persediaan .............................................................................22
BAB 111. KESIMPULAN
DAN SARAN…………………………………..24
Kesimpulan…………………………………………………………………….24
Saran…………………………………………………………………………..25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 .
Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini,
jumlah maskapai penerbangan Indonesia bertumbuh cukup pesat. Data statistik
menunjukkan sampai akhir tahun 2004, di Indonesia terdapat 15 maskapai
penerbangan yang melayani rute domestik dan 5 di antara maskapai penerbangan
ini melayani rute internasional. Jasa transportasi udara makin digemari karena
memudahkan pergerakan antar daerah dan negara dalam waktu yang relatif singkat.
Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penumpang pesawat udara (domestik dan
internasional) pada tahun 2004 yang menggunakan fasilitas bandar udara
Soekarno-Hatta dan Halim Perdana Kusuma saja meningkat sebesar 33,08% jika
dibandingkan dengan tahun 2003.
Kebutuhan
akan jasa transportasi udara yang meningkat ini disertai dengan permintaan akan
jasa pelayanan penyedia makanan (jasa boga) bagi maskapai maskapai penerbangan.
Layanan jasa boga ini lebih dikenal dengan nama inflight catering.
Inflight caterer (penyedia jasa boga) mengolah bahan-bahan makanan
menjadi makanan siap saji yang nantinya makanan ini akan dikonsumsi oleh
penumpang pengguna jasa maskapai penerbangan. Inflight caterer pada
dasarnya merupakan perusahaan yang bergerak dalam perdagangan makanan.
Perdagangan
produk-produk makanan memiliki resiko-resiko tersendiri, hal ini disebabkan
karena bahan makanan merupakan bahan yang cepat rusak (perishable product)
sehingga membutuhkan penanganan tertentu. Bagi perusahaan yang bergerak dalam
bidang makanan umumnya, mutu makanan yang diproduksi merupakan salah satu unsur
utama yang menentukan masa depan perusahaan. Selain itu konsumen juga merupakan
unsur penting dalam menentukan strategi pemasaran dan menjadikan perusahaan
berorientasi kepada perubahan pasar (market oriented) (Bendell, Boulter
dan Kelly, 1995 dalam Assauri).
Dengan
makin meningkatnya jumlah maskapai penerbangan di Indonesia banyak muncul
pemain-pemain baru dalam pasar jasa boga ini. Persaingan antara penyedia jasa
boga (inflight catering) ini memaksa perusahaan untuk bersifat lebih
adaptif dan reaktif. Memahami kebutuhan konsumen berarti perusahaan harus mampu
menempatkan diri ke dalam posisi konsumen dalam mendefinisikan suatu produk.
Penyediaan
produk yang sesuai dengan permintaan konsumen dan tepat pada waktunya
mempengaruhi keputusan konsumen terhadap permintaan berulang dan kepercayaan
konsumen terhadap perusahaan. Pemahaman akan kebutuhan konsumen ini berperan
penting terutama dalam usaha perusahaan dalam upaya meningkatkan nilai
penjualan, penguasaan pangsa pasar yang lebih besar yang mempengaruhi perolehan
laba. Penyediaan produk tidaklah mudah karena maskapai pengguna jasa katering
memiliki persyaratan produk yang
berbeda.
Penyediaan bahan baku untuk produksi pun unik karena perusahaan katering tidak
memproduksi satu jenis barang saja, melainkan beragam sesuai dengan menu
makanan yang ingin disampaikan oleh pihak maskapai penerbangan.
Jasa
katering untuk maskapai penerbangan, berbeda dengan jasa katering restoran
(Emirates Catering, 2004). Perbedaan ini dapat dilihat dari: Jeda waktu (time
lag): untuk katering maskapai penerbangan, terdapat jeda waktu yang panjang
antara masa makanan diproduksi dan penyampaian produk ke konsumen sampai
makanan tersebut dikonsumsi, hal ini tidak terjadi di restoranrestoran.
Fasilitas:
pesawat terbang memiliki fasilitas terbatas untuk mengelola makanan, baik ruang
lingkup kerja, ruang penyimpanan dan peralatan-peralatan dapur apabila
dibandingkan dengan dapur sebuah restoran.
1.2.
Perumusan Masalah
PT Aerowisata Catering Service (PT ACS)
merupakan perusahaan penyedia jasa katering pertama dan terbesar di Indonesia.
PT ACS menyediakan pelayanan jasa katering untuk perusahaan penerbangan
domestik maupun internasional. Berbeda dengan perusahaan katering yang lain, PT
ACS tidak berhadapan langsung dengan konsumen yang mengkonsumsi makanan yang
diproduksi. Sebagai inflight caterer, konsumen yang dihadapi PT ACS
adalah maskapai penerbangan yang menyewa jasa PT ACS. Sedangkan yang
mengkonsumsi produk makanan yang
diproduski oleh PT ACS adalah konsumen yang menggunakan jasa maskapai
penerbangan.
Makanan
yang diproduksi PT ACS tidak langsung dikonsumsi oleh penumpang maskapai
penerbangan, melainkan disimpan dahulu dalam jangka waktu tertentu tergantung
dengan jadwal penerbangan perusahaan pelanggan. PT ACS mengadakan perjanjian
kontrak dengan perusahaan penerbangan yang menjadi pelanggan untuk jangka waktu
tertentu atas menu makanan yang sudah disetujui. Menu makanan ini berbeda-beda
untuk setiap pelanggan dan dapat berubah-ubah setelah jangka waktu tertentu
sesuai dengan permintaan maskapai penerbangan. Jumlah makanan yang diproduksi
pun setiap saat dapat berubahubah jumlahnya. Hal ini disebabkan karena jumlah
penumpang yang menggunakan jasa transportasi perusahaan penerbangan setiap
harinya berubah. Menu makanan yang telah disetujui menjadi landasan dalam
perencanaan bahan baku.
Karena
menu berubah-ubah, maka bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi pun
berubah-ubah secara berkala. Penyediaan bahan baku memegang peranan penting
dalam proses produksi. Kekurangan bahan baku menghambat jalannya proses
produksi dan mengakibatkan permintaan konsumen tidak terpenuhi. Bahan baku
makanan merupakan produk yang bersifat tidak tahan lama (perishable)
akibatnya perusahaan harus memiliki sistem penyimpanan dan pengolahan yang
baik. Selain itu perusahaan juga harus bisa menawarkan harga yang sesuai dengan
anggaran konsumen untuk tetap berada dalam pasar.
Perencanaan
bahan baku membantu perusahaan untuk memastikan agar perusahaan tidak
kekurangan bahan baku selama menu yang diinginkan konsumen berjalan. Saat menu
tidak dipakai lagi maka bahan baku pun tidak dibutuhkan lagi, perencanaan bahan
baku membantu perusahaan agar tidak mengalami kelebihan bahan baku. Jeda waktu
antara setelah makanan di produksi sampai makanan dikonsumsi panjang, makanan
yang diproduksi harus memiliki daya tahan khususnya terhadap bakteri Dari
keunikan jasa pengolahan makanan ini, timbul beberapa pertanyaan :
· Bagaimanakah
manajemen persediaan yang diterapkan oleh perusahaan?
· Bagaimanakah
proses pembelanjaan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan?
· Faktor-faktor
apakah yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan daftar belanja bahan baku?
· Faktor-faktor
apa yang diperhatikan oleh perusahaan untuk mengawasi mutu produk yang
diproduksi?
1.3.
Tujuan
·
Membandingkan sistem
manajemen yang diterapkan oleh PT ACS dengan teori-teori manajemen persediaan
·
Mengkaji bentuk
kegiatan proses pembelanjaan bahan baku yang dijalankan PT ACS
·
Mengidentifikasi
faktor-faktor pembelanjaan bahan baku
·
Mengidentifikasi
faktor-faktor yang harus diterapkan dalam mempertahankan mutu produk.
Hal ini diharapkan dapat memberikan
masukan yang berguna terhadap efisiensi dan efektivitas sistem pengadaan bahan
baku PT ACS, kepada pembaca dan masyarakat dapat memberikan gambaran mengenai
perusahaan penyedia jasa boga maskapai penerbangan (Inflight Catering).
Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai bahan perbandingan bagi
penelitian sejenis dalam bidangnya.
1.4. Visi dan Misi
Visi
dan Misi PT Aerowisata:
- Visi;
“The most preferred Indonesian hospitality business group”.
- Misi;
Misi yang diemban PT Aerowisata di dalam mencapai visi bisnis terdiri atas 3 (tiga) pernyataan:
(1)
“Menyediakan dan
menawarkan solusi profesional untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan segmen-segmen hospitality yang profitable akan
produk dan jasa yang berkualitas, inovatif dan berkesinambungan”.
(2)
“Menjaga dan meningkatkan hubungan kepercayaan bisnis kepada seluruh segmen
customer dan client Aerowisata” (“Maintain and develop trustee relationship to
all business group client or customer segment”).
(3)
“Memberikan nilai tambah dan hasil yang optimal kepada seluruh stakeholders”
(“Deliver value added and optimal return to all stakeholders”).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Maskapai Penerbangan dan Jasa Katering
Maskapai
penerbangan pertama kali dibentuk setelah Perang Dunia I (1914-1918) oleh
kumpulan veteran pilot militer di Amerika dan Eropa. Tujuan utama adalah untuk
menghantar surat-surat dan dokumen-dokumen antar daerah dan negara. Kemudian
berkembang menjadi alat tranportasi untuk penumpang dan dokumen (kargo). Pada
awalnya tidak ada tempat khusus untuk penumpang sehingga di dalam pesawat
penumpang harus bersedia untuk bercampur dengan kargo. Setiap penerbangan
penumpang harus berbagi makanan dengan pilot, makannya hanya berupa roti lapis
dan setermos kopi (Parrot,1996)
Dengan
disertai perkembangan teknologi industri aviasi, pesawat moderen saat ini
dilengkapi dengan fasilitas tempat duduk dan toilet untuk penumpang. Pesawat
terbang menjadi alat transpotasi yang umum dipakai oleh penumpang. Penumpang
menjadi prioritas utama karena kondisi ini menjanjikan keuntungan bagi
perusahaan penerbangan. Untuk lebih menarik konsumen, perusahaan penerbangan
melengkapi pelayanan jasa transportasi salah satunya dengan menu makanan yang
menarik menyerupai restoran-restotan terkenal. Dining in the air
(Restoran di Udara) menjadi tren buat kalangan ekonomi kelas atas.
Jasa
katering untuk maskapai penerbangan kemudian dibentuk di akhir tahun 1930-an
hampir secara serentak di Amerika dan Eropa, perusahaanperusahaan inimuncul
karena pihak maskapai penerbangan menilai bahwa penyediaan makanan ini akan
lebih efisien dan relatif lebih murah apabila dihibahkan ke pihak lain di luar
maskapai penerbangan. Perkembangan industri ini agak terhambat dikarenakan
Perang Dunia II (1939-1945), namun temuantemuan baru di bidang teknologi
penerbangan berkembang pesat yang pada akhirnya menyokong industri layanan jasa
penerbangan pasca perang, yang menuntut permintaan yang lebih tinggi lahi
terhadap penyediaan jasa katering. (Haynes, 1992).
2.2
Gambaran umum inflight caterer (jasa katering maskapai penerbangan)
Istilah
katering biasanya digunakan untuk menjelaskan keseluruhan proses kegiatan
memasak, mulai dari persiapan bahan makanan, pengolahan dan penyajian dan juga
meliputi penyedian alat transportasi dan penghantaran. Industri jasa katering
maskapai penerbangan bertujuan utama untuk menyediakan makanan dan minuman
kepada maskapai penerbangan untuk dikonsumsi oleh penumpang selama penerbangan.
Produk makanan dan minuman dipersiapkan dan dikelola di dapur khusus kemudian
dipindahkan ke bandara udara untuk kemudian dimuat ke pesawat. Semua makanan
dan peralatan dan siap untuk diberangkatkan tepat pada waktunya sesuai dengan
jadwal penerbangan. Keterlambatan jadwal penerbangan yang disebabkan oleh
masalah katering
merupakan
masalah yang harus dihindari oleh penyedia jasa penerbangan (Mc Cool, 1995).
Industri
penyedia jasa katering saat ini merupakan pasar yang sangat kompetitif
khususnya karena maskapai-maskapai penerbangan saat ini sering mengubah
ketentuan-ketentuan menu makanannya. Perusahan penyedia jasa katering harus
mendiversifikasikan fasilitas produksinya dan terus berinovasi untuk mengikuti
perkembangan ini. Selain menyediakan makanan dan minuman perusahaan
katering beberapa barang persediaan dan
peralatan yang dimiliki perusahaan penerbangan, pihak katering bertanggung
jawab terhadap beberapa hal yang menyertai penyediaan makanan dan minuman.
Seperti:
1. Bongkar
muat peralatan makan dari penerbangan sebelumnya. Bongkar muat ini meliputi
kereta makan , troli, kotak muatan peralatan makan, sisa makanan dan sisa
minuman serta sampah.
2. Mengatur
aliran semua peralatan makan yang digunakan selama penerbangan, begitu peralatan
makan di bongkar dari pesawat secepatnya dicuci dan dibersihkan untuk kemudian
dipersiapkan untuk penerbangan berikutnya. Dengan terbatasnya persediaan
peralatan makan berlogo maskapai penerbangan tertentu, pihak katering harus
berusaha sedemikian rupa supaya mereka tetap memiliki persediaan peralatan
makan yang bersih setiap saat.
3. Pengaturan/disain
nampan makanan yang berbeda tiap kelas untuk kelas eksekutif, kelas bisnis dan
kelas ekonomi.
4. Penanganan
dan penyimpanan produk-produk khusus milik maskapai penerbangan tertentu yang
digunakan dalam persiapan makanan dan layanan makan (kertas tisu, peralatan
makan yang diserati dengan logo maskapai penerbangan)
5. Pihak
katering juga bertanggung jawab terhadap laporan invetorisasi atas
produk-produk yang dimiliki maskapai penerbangan yang disimpan oleh pihak
katering (produk makanan dan minuman lain yang tidak diproduksi oleh pihak
katering, tetapi diperlukan untuk penerbangan).
6. Transportasi
produk makanan dan minuman dari dapur pihak katering ke pesawat.
Menurut Mc Cool, industri jasa katering
(inflight caterer) merupakan industri yang unik karena industri ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tidak
adanya kontak langsung antara penumpang pesawat yang mengkonsumsi makanan
dengan orang yang menyiapkan makanan tersebut.
2. Konsumen
yang menggunakan jasa katering ini bukanlah konsumen yang mengkonsumsi produk
akhir.
3. Pemilihan
menu yang disediakan pada industri ini sangat bergantung kepada kondisi pasar
dan laporan kebiasaan makan konsumen.
4. Setiap
perusahaan jasa katering mengelola makanan dan minuman dalam jumlah yang sangat
besar.
5. Perusahaan
katering bukanlah satu-satunya penyedia makanan dan minuman untuk satu maskapai
penerbangan. Maskapai penerbangan memiliki beberapa perusahaan katering yang
menyokong penerbangan, satu perusahaan katering di tiap lokasi/ tujuan
penerbangan.
6. Perusahaan
jasa katering harus menyediakan produknya sesuai dengan ketentuan tertentu agar
produk yang dihasilkan konsisten.
7. Setelah
produk selesai diproduksi dan meninggalkan tempat produksi, biasanya ada jeda
waktu yang cukup lama sebelum produk tersebut dikonsumsi oleh penumpang pesawat
terbang.
8. Makanan
yang diproduksi oleh pihak katering sering kali dikonsumsi jauh dari pihak
katering.
9. Pihak
katering biasanya tidak terlibat secara langsung terhadap sisa makanan dan
tidak melihat langsung makanan yang telah dipersiapkan tersebut dikonsumsi.
10. Jumlah
makanan yang diangkut pesawat harus dalam jumlah yang tepat dan dalam kualitas
yang baik dan tidak ada toleransi untuk kesalahan.
11. Sering
terjadi perubahan jadwal waktu permintaan produk nmaun pihak katering harus
selalu mampu mengikuti perubahan dan menyediakan produk tepat waktu.
12. Produk
makanan yang diproduksi harus tahan akan kondisi penyimpanan yang berubah-ubah,
tahan banting karena penanganan yang kasar dan tahan kondisi transportasi tanpa
penurunan kualitas produk.
13. Semua
makanan, minuman dan peralatan makan harus disimpan di tempat tertentu yang
sudah ditentukan di pesawat dan beratnya tidak boleh melebihi ketentuan
tertentu.
14. Perusahaan
ini biasanya beroperasi 24 jam sehari sepanjang tahun.
15. Perusahaan
jasa katering ini juga harus memenuhi standar ketentuan mutu produk yang
dihasilkan dan ketetapan waktu walaupun kondisi lain tidak menentu, seperti
cuaca dan masalah teknik pesawat terbang.
Bidang usaha yang
dilakukan oleh inflight catering adalah melayani jasa
boga dan kebutuhan Inflight Service material untuk baik
penerbangan domestik maupun internasional, jenis jasa yang ditawarkan adalah:
·
Makanan : hot meal, cold meal, buah-buahan,
sayuran segar, snack dan lain-lain.
·
Minuman : jus buah-buahan, minuman ringan, minuman
mengandung alkohol, es batu dan penyediaan air minum alami.
·
Inflight Service material:
barang-barang keperluan toilet, majalah .
·
Galley service: pengangkutan
makanan ke dalam pesawat dan penyimpanan makanan di dalam pesawat serta
sebaliknya.
·
Bar exchange: melakukan pergantian dan penambahan
kebutuhan minuman ( beralkohol) pada penerbangan sesuai dengan kebutuhan atau
permintaan perusahaan penerbangan.
·
Laundry (jasa binatu): menyediakan jasa pencucian
seperti selimut, alas nampan, handuk kecil, taplak meja dan napkin (serbet)
·
Cabin setting: mempersiapkan
seluruh kebutuhan kabin pesawat seperti, alat pendengar, dokumen penerbangan,
majalah, bunga hiasan dalam pesawat.
·
Aircraft cleaning: meliputi kegiatan
penggantian alas sandaran kepala, sarung bantal, pembuangan sampah, pembersihan
toilet dan galley.
·
On ground service: meliputi penyediaan
makanan di ruang tunggu penumpang kelas eksekutif.
·
Kegiatan di luar Inflight catering seperti: penyediaan
jasa boga untuk gedung-gedung pertemuan (rapat) dan hotel.
Begitu luasnya
cakupan jasa layanan yang ditawarkan maka ACS membentuk strategic business
unit (SBU) :
1. Inflight Catering
Service : unit usaha ini lebih memprioritaskan kepada layanan jasa boga bagi
perusahaan penerbangan. Unit ini beroperasi hampir di seluruh bandar udara
besar Indonesia. Layanan yang ditawarkan meliputi penerbangan domestiok,
internasional, penerbangan khusus seperti penerbangan carter, VVIP dan haji.
2. Industrial catering : unit usaha ini
bergerak di bidang layanan jasa boga dan jasa terkait lainnya diluar pelayanan
maskapai penerbangan. Layanan yang ditawarkan ditujukan bagi
perusahaan-perusahaan besar dengan banyak sumber daya manusia misalnya
lokasi-lokasi pemondokan karyawan pengeboran minyak dan gas bumi, pengelolaan
kantin karyawan pabrik, kantin sekolah atau universitas, juga layanan kebutuhan
jasa boga untuk rumah sakit, baik menu normal untuk karyawan maupun makanan
dengan diet khusus untuk pasien. Unit usaha ini juga menawarkan jasa binatu dan
jasa pengelolaan dan perawatan wisma (house keeping dan maintance).
3. Inflight logistic: Unit usaha ini
memberikan layanan pengelolaan logistik untuk pelayanan dalam penerbangan.
Layanan ini meliputi jasa konsultasi perencanaan dan pengelolaan barang
penerbangan (airlines equipment handle serta cabin services), pengadaan barang
untuk penerbangan seperti barang sekali pakai baik dry goods, minuman (beverages), peralatan pecah
belah, dan bahan bacaan; jasa penyimpanan barang penerbangan (bonded strores), dan jasa
pengiriman barang penerbangan
Saat ini ACS memiliki
beberapa cabang yang dimiliki sepenuhnya oleh Garuda Indonesia di: Denpasar
(Bali), Medan (Sumatera Utara), Balikpapan ( Kalimantan Tengah), Surabaya (Jawa
Timur). Sedangkan cabang di Batam merupakan kerjasama ACS dengan PT Nurthi
Falta Sakti perusahaan katering ini bernama (PT Aeronurthi Catering Service),
di Makasar merupakan kerjasama dengan PT Mandai Prima bernama PT Aeroprima.
PT ACS memiliki visi
untuk menjadi market leader di bidang industri
jasa boga untuk perusahaan penerbangan di Indonesia dan menjadi salah satu
usaha jasa boga terbaik di Asia Tenggara. Aerowisata Catering Service is the market leader in inflight
catering industry in Indonesia and among the best in South East Asia Region. Usaha PT ACS yang
bersetifikat Halal ini untuk mengembangkan dan memajukan perusahaan dibuktikan
dengan diraihnya ISO 9002 pada tahun 1997 yang diperbaharui pada tahun 2000.
Pada tahun 2000 juga PT ACS mendapatkan sertifikat HACCP. PT Aerowisata
Catering Service Jakarta berlokasi diperbatasan antara Jakarta Utara dengan
Kabupaten Tanggerang , tepatnya di area bisnis Bandar Udara Internasional
Soekarno Hatta, Jakarta.
2
PT Aerowisata
Catering Service sebagai anak perusahaan PT Garuda Indonesia memiliki seorang
General Manager yang memimpin jalannya perusahaan. Sesuai dengan tanggung jawab
dan tugas PT ACS membagi struktur perusahaan menjadi dua departemen,
masing-masing departemen dipimpin oleh seorang eksekutif manajer. Kedua
departemen itu adalah departemen Operasional dan Administrasi.
Bagian Security dan Hygene and Quality
Assurance mempunyai koordinasi langsung di bawah GM bertanggung jawab langsung ke GM.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kompromi antar bagian perusahaan yang
nantinya merugikan perusahaan. Hygene and Quality Assurance memiliki fungsi yang
sangat penting karena jasa yang ditawarkan PT ACS berkisar produk makanan,
apabila makanan yang diproduksi PT ACS rusak atau terkontaminasi akan
menyebabkan keracunan makanan, selain merugikan PT ACS secara finansial, juga
akan mengakibatkan kehilangan konsumen, bahkan dapat mengakibatkan tuntutan
hukum dari konsumen yang secara finansial dapat mencapai milyaran rupiah, dan
hilangnya kepercayaan konsumen baik konsumen domestik maupun internasional. Hygene and Quality
Assurance berfungsi untuk memeriksa kualitas barang yang diterima di gudang dan
mengaudit produk akhir yang dihasilkan.
Departemen
Administrasi bertugas untuk membantu para manajer mempelancar pekerjaan mereka.
Secara periodik, bagian Administrasi mengaudit kondisi perusahaan baik kondisi
finansial maupun kondisi persediaan barang perusahaan. Bagian Administrasi
dibagi lagi menjadi bagian Keuangan (finance), Pembukuan (Accounting), Human Resource
Departement, Customer Service dan Purchasing.
Purchasing officer mempunyai tugas untuk
menanggani semua pembelian yang dilakukan oleh PT ACS, termasuk pembelian bahan
baku yang diperlukan untuk proses produksi dengan mengeluarkan purchasing order (PO). Jumlah bahan
baku yang dibeli disesuaikan dengan kebutuhan produksi, untuk itu pihak purchasing harus menunggu purchasing
requisition (PR) yang disusun oleh Kitchen Planning.
Untuk menyusun PR,
pihak Kitchen Planning harus menggunakan
informasi yang tercantum dalam menu yang sudah dipilih oleh maskapai
penerbangan dan feed back dari koki-koki yang bekerja di dapur.
Setelah disusun PR harus mendapat persetujuan dari pihak executive chef, store manager, cost controller, puchasing manager dan general manager, barulah diserahkan
ke pihak Purchasing. Departemen Purchasing juga memiliki tugas
untuk memilih vendor (supplier) bahan baku. Setelah mendapat PR dari
pihak kitchen planning, Purchasing Officer akan menghubungi
beberapa pemasok. Pihak pemasok kemudian akan mengirim sampel barang yang
diinginkan. Dari sampel ini akan dilakukan seleksi kemudian ditentukan 3
pemasok yang akan menjadi penyedia barang tersebut. Untuk mengurangi peluang
ketergantungan terhadap satu pemasok, biasanya untuk satu barang PT ACS
memiliki minimum pemasok.
Pemilihan menu
merupakan proses tersendiri. Pihak maskapai penerbangan akan mendekati PT ACS
dan mengajukan menu makanan yang diinginkan untuk rute penerbangan tertentu.
Pihak PT ACS kemudian menyusun menu sesuai dengan permintaan dan juga
menawarkan menu alternatif. Setelah pihak maskapai penerbangan menentukan
pilihan terhadap menu makanan, maka diadakan perjanjian kontrak yang menyangkut
berapa lama menu tersebut akan dipakai dan harga yang disetujui dan kondisi
kontrak lainnya. Sedangkan jumlah berapa porsi makanan yang diproduksi
disesuaikan dengan jumlah penumpang setiap harinya. Dari informasi ini maka
pihak Kitchen Planning akan menyusun PR dan
menyerahkannya ke pihak purchasing yang kemudian akan menyusun PO. Jumlah
produksi makanan berubah-ubah setiap harinya untuk itu pihak Kitchen Planning harus mengantisipasi
jumlah pembelian agar bahan baku yang dibeli tidak berlebihan atau
berkekurangan.
Departemen produksi
pada dasarnya merupakan pusat kegiatan PT ACS, departemen ini dipimpin oleh
seorang manajer dan membawahi sub departemen bakery/pastry, hot kitchen, pre-production, cold
kitchen, kitchen administration, preparation dan tray setting. Bagian bakery/pastry bertanggung jawab
untuk penyediaan roti , kue-kue dan cokelat. Bagian pre-production tugasnya meliputi
penyiapan sayur-mayur, buah, daging dan seafood. Hot kitchen adalah tempat dimana
makanan dimasak, sedangkan cold kitchen adalah dapur yang
mengerjakan makanan-makanan dingin seperti salad, hidangan pembuka (appetizer), canape,buah, roti lapis dan
lain sebagainya.
PT ACS sebagai anak
perusahaan PT Garuda Indonesia tidak melakukan promosi secara aktif. PT ACS
melakukan pendekatan langsung ke maskapai penerbangan yang melakukan bisnis di
Indonesia. Saat ini hanya 2 perusahaan yang melayani jasa boga maskapai
penerbangan di Jakarta, untuk itu pendekatan langsung mudah dilakukan. Selain
itu pihak maskapai penerbangan biasanya mengajukan proposal ke PT ACS.
2.2.2 Ketenagakerjaan
Saat ini PT ACS
memiliki tenaga kerja tetap sejumlah 1351 orang dan tidak ada tenaga kerja
kontrak, tenaga kerja kontrak biasanya hanya dipekerjakan untuk musim-musim
tertentu seperti musim lebaran, lebaran haji dan musim liburan sekolah dimana
permintaan akan jasa layanan penerbangan meningkat yang mempengaruhi permintaan
akan produksi makanan. Untuk departemen Operasional, jumlah tenaga kerja pria
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja wanita, hal ini disebabkan
karena tenaga kerja pria dianggap lebih mudah menyesuaikan diri terhadap
perubahan jam kerja dan tuntutan jam lembur.
Bagian Operasional
bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Jam kerja dibagi-bagi (shifting) masing-masing
pekerja akan bekerja selama 8 jam sehari dalam 7 hari kerja, tiap pekerja
memiliki hak untuk libur selama 2 hari yang tentu saja dilakukan secara
bergantian.
Tabel 3. Jadwal Jam
Kerja Bagian Operasional PT ACS
Pembagian jam kerja ini dilakukan
untuk menyokong produksi makanan yang dilakukan terus-menerus. Masing-masing
shift sebelum jam kerjanya berakhir harus membuat laporan mengenai hal-hal apa
yang sudah dilakukan dan apa yang belum dan harus dilakukan. Dengan laporan ini
maka tidak ada pekerjaan yang dilakukan dua kali, dan proses produksi
berlangsung lancar dan terorganisasi.
Sedangkan bagian
Admistrasi memiliki jam kerja yang lebih teratur, 08.30-16.30 setiap hari dari
hari Senin sampai dengan hari Jumat, Sabtu dan Minggu merupakan hari libur.
Setiap tenaga kerja memiliki hak atas cuti tahunan masing-masing selama 12 hari
kerja dan jaminan asuransi Jamsostek berupa asuransi jiwa dan asuransi
kesehatan. Pelatihan karyawan, khususnya yang bekerja di bagian operasional
dilakukan secara berkala demi menjamin keterampilan tenaga kerja terhadap
perubahan tehnologi di bidang perusahaan katering. PT ACS selain mengadakan
perbandingan dengan perusahaan katering yang lebih besar di luar negeri seperti
Thailand dan Singapura, juga mengadakan seminar untuk kalangan sendiri yang
biasanya bahan pelatihan didapat dari International Flight Catering Association.
2.2.3 Fasilitas Produksi
Produksi dilakukan di dapur, dapur
dibagi atas hot kitchen, cold kitchen dan bakery/pastry. Makanan di masak di
hot kitchen, kapasitas makanan yang diproduksi di hot kitchen adalah 35.000 porsi
per hari. Sedangkan bagian bakery dapat memproduksi 3000 roti per shift. Untuk
penyediaan air, PT ACS menggunakan air PAM. Listrik disediakan dengan
menggunakan jasa PT PLN, untuk keadaan darurat, PT ACS juga memiliki 2
generator listrik. Untuk proses produksi, PT ACS juga memiliki 3 buah blast chiller untuk membantu proses
pendinginan makanan yang sudah jadi.
.2.4 Proses Produksi
Produk yang dihasilkan oleh PT
Aerowisata Catering Service berupa makanan yang nantinya akan dikonsumsi oleh
penumpang selama penerbangan. Jumlah porsi makanan yang akan diproduksi sudah
ditentukan satu hari sebelumnya sesuai dengan informasi yang diberikan oleh
maskapai penerbangan (AMOS = Airlines Meal Order Sheet). Jumlah porsi
makanan ini disesuaikan dengan jumlah penumpang yang akan diangkut oleh
karenanya informasi dapat berubah sewaktu-waktu ini. Adapun proses produksi
yang dilakukan dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu (Lampiran 6):
1. Proses Pembersihan
dan Persiapan (pre-production)
2. Proses Pemasakan
dan Pendinginan
3. Proses Pengemasan
Proses pembersihan
dan persiapan (pre-production) dimulai 12 jam
sebelum jadwal keberangkatan penerbangan. Kegiatan yang dilakukan berupa
pencucian bahan baku di dalam mesin untuk membersihkan bahan makanan dari
kotoran, debu, logam, biji-bijian lain dan sebagainya. Cairan yang digunakan
untuk pembersihan ini adalah campuran air dan klorin. Setelah dibersihkan bahan
baku kemudian di tampung ke keranjang atau kereta (trolley) penampungan sesuai
dengan jenisnya dan di bawa ke ruang persiaapan. Di ruang persiapan bahan baku
di potong sesuai dengan ukuran kebutuhan, persiapan ini tentu saja dilakukan di
ruangan yang berbeda untuk tiap jenis bahan yag dipersiapkan untuk menghindari
kontaminasi bau, kimia dan kontaminasi secara fisik.
Kondisi ruang bagian preproduction harus selalu dingin
dengan suhu udara 16°C untuk memastikan kondisi makanan selalu segar dan tidak
terkontaminasi bakteri. Untuk bahan baku yang perlu dimasak, bahan baku ini
kemudian dibawa ke hot kitchen untuk dimasak, sedangkan bahan baku yang
tidak perlu dimasak, seperti sayuran segar untuk salad dan buah-buahan segar
disimpan di ruang penampungan.
Pada proses pemasakan
dan pendinginan dilakukan di hot kitchen, pertama-tama bahan baku dimasak sesuai
dengan menu yang sudah ditentukan, dengan bumbu-bumbu yang sudah dibakukan.
Setelah dimasak, makanan di masukan ke blast chiller (-18°C) untuk memulai
proses pendinginan dengan cepat. Pendinginan dilakukan sampai kondisi makanan
mencapai suhu 2°- 4°C.
Kondisi dingin yang diinginkan ini
dipertahanan sampai pada saat makanan dibawa ke ruang pengemasan dengan suhu
ruang 16°C (meal setting) dan pada proses pengemasan. Proses
pengemasan yang dimaksud adalah proses dimana makanan dibagi-bagi sesuai dengan
porsi dan jumlah yang diinginkan. Makanan yang sudah diporsikan ini kemudian
disusun ke nampan makan yang nantinya akan diterima oleh penumpang (tray setting). Setelah disusun di
nampan makan, nampan-nampan makanan ini dimasukan ke dalam trolley makan yang nantinya
akan diangkut ke dalam pesawat. Sebelum diangkut ke pesawat, trolleytrolley makanan ini disimpan
di ruang penampungan (holding room dengan suhu 0°-5°C), kereta-kereta makan ini
sudah harus dalam kondisi siap untuk diangkut, 3 jam sebelum jadwal
penerbangan. Semua proses ini dilakukan di ruang yang kondisinya selalu dingin.
Kegiatan produksi ini
ditunjang oleh kegiatan off loading. Sesaat setelah pesawat mendarat di
bandara dan penumpang keluar dari pesawat, PT ACS akan mengeluarkan semua
peralatan yang ada di dalam pesawat yang berhubugan dengan kegiatan katering.
Setelah dikeluarkan peralatan ini dicuci dan dibersihkan untuk pemakaian
selanjutnya. Proses off loading dan pencucian ini sangat penting dilakukan
tepat waktu untuk menunjang rotasi penggunaan peralatan makan yang diperlukan
untuk meal dan tray setting. Biasanya sebagai cadangan, pihak
maskapai penerbangan menyimpan satu set peralatan makan lengkap. Transportasi
dari dapur katering ke pesawat dilakukan dengan menggunakan truktruk yang
dilengkapi dengan pendingin.
2.2.5 Pengawasan Mutu Produk Jadi
.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Pemeriksaan
mikrobiologi ini membutuhkan sampel makanan untuk dikarantina selama 4-5 hari,
karena bakteri-bakteri ini diperkirakan baru muncul 4-5 hari.
Oleh karena itu
pengawasan mutu dalam setiap tahapan proses produksi sangat penting
diperhatikan. Hasil pemeriksaan ini disimpan dan didokumentasikan dan akan dipergunakan sebagai bahan pembanding apabila ada umpan balik (complaint) dari pihak maskapai
penerbangan.
2.3 Pengelolahan
Bahan Baku
Perusahaan katering menggunakan sistem
makanan beku agar makanan tetap segar dan berkualitas baik meskipun produk
makanan tersebut disimpan dalam waktu yang cukup lama sebelum dikonsumsi,
terutama untuk penerbangan jarak jauh. Sistem makanan beku ini pertama kali
ditemukan oleh Bert Snowden (Amerika, 1945), proses produksi makanan ini
disebut sistem masak beku (cookchill system).
Dalam
proses ini bahan makanan dipersiapkan jauh hari sebelum produk makanan ini
dibutuhkan. Untuk keperluan penerbangan, biasanya bahan baku makanan ini
disiapkan sehari lebih awal. Tahapan pertama adalah mempersiapkan bahan baku
makanan untuk diproses, kemudain dimasak. Selesai dimasak, makanan yang sudah
jadi secepatnya didinginkan sampai mencapai temperatur 5°C (40°F) atau lebih
rendah. Sambil didinginkan, makanan ini dibagi-bagi sesuai dengan besarnya
porsi individu yang diminta oleh konsumen (dalam hal ini disesuaikan dengan
menu maskapai penerbangan tertentu). Pembagian ini memudahkan penanganan yang
diperlukan saat menyusun nampan makanan nantinya.
Kondisi
dingin beku ini dipertahanan setiap saat selama penyimpanan bahkan selama
perjalanan dari dapur pihak katering sampai pada saat makanan beku ini
dipanaskan kembali dengan menggunakan oven sebelum makanan ini dikonsumsi oleh
penumpang. Keadaan dan suhu makanan beku ini sangat penting diperhatikan untuk
mengurangi bahaya keracunan makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri
selama proses persiapan (Miller dan Hayes, 1992).
2.4
Sistem Penyimpanan Bahan Baku
Menurut
Dittmer (2002), sistem penyimpanan bahan baku memilik 5 faktor yang harus
diperhatikan:
1. Kondisi
Lingkungan dan Perlengkapan
Meliputi
temperatur dan kebersihan ruang penyimpanan (gudang), rak-rak yang tepat dan
peralatan penunjang yang sesuai. Bila kondisi ini tidak dipenuhi maka banyak
bahan baku akan terbuang percuma atau rusak.
2. Pengaturan
Letak Barang di dalam Gudang
Bahan baku harus
diatur letaknya sehingga saat barang baku ini dibutuhkan mudah didapat.
Pengaturan letak bahan baku ini juga meliputi pengaturan agar barang yang
paling sering digunakan selalu tersedia, pengaturan letak tertentu untuk barang
tertentu dan rotasi persediaan.
3. Lokasi
Gudang
Gudang sebaiknya
terletak di antara lokasi penerimaan produk dan lokasi produksi. Lokasi ini
membantu efisiensi penyimpanan produk dan juga kemudahan untuk mendapatkan
produk yang dibutuhkan dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu pengawasan
keamanan mudah dilakukan.
4. Keamanan
Gudang
Gudang tidak
boleh dibiarkan terbuka tanpa pengawasan keamanan. Perlu adanya pengaturan
jadwal dan ijin tertentu untuk mengambil barang dan menyimpan barang. Hal ini
perlu dilakukan sehingga tidak ada pihak lain yang memindahkan barang tanpa
ijin perusahaan.
5. Penanggalan
dan Harga
Barang-barang
yang disimpan di dalam gudang harus diberi tanggal. Penanggalan ini penting
agar rotasi barang lebih mudah dilakukan, bahan baku harus digunakan sebelum
rusak atau tua. Harga juga harus dicantumkan, ini penting dilakukan untuk
membantu kelancaran pemesanan barang dan peramalan biaya pengeluaran.
2.5 Persediaan
Anoraga
(1997) mengungkapkan bahwa persediaan (inventory) adalah suatu istilah
umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber-sumber daya organisasi yang
disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan ini
meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk
akhir dan bahan-bahan lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.
Sedangkan
menurut Assauri (1980) mengatakan bahwa persediaan merupakan aktiva perusahaan
yang masih menunggu penggunaannya, baik untuk keperluan produksi atau
penjualan. Persediaan merupakan elemen utama dari modal kerja, atau aktiva yang
selalu berputar dan mengalami perubahan.
2.5.1. Manfaat dan Fungsi
Persediaan
Manfaat
persediaan menurut Leenders (1989) adalah:
1. Fungsi
pemutus (the decoupling function) dalam proses produksi, jika perusahaan
tidak menyimpan persediaan akan terjadi banyak penundaan dan inefisiensi.
Sebagai contoh ketika satu aktivitas produksi harus diselesaikan sebelum
aktivitas produksi kedua dimulai, sedangkan perusahaan tidak menyimpan
persediaan di antara proses (work in process) maka kegiatan produksi
bisa terhenti.
2. Menyimpan
sumberdaya. Produk pertanian dan seafood sering tergantung oleh musim
dalam pemanenannya atau penangkapannya, tetapi permintaan akan keduanya selalu
konstan sepanjang tahun. Pada kasus seperti ini dan kasus lain yang sama,
persediaan bisa digunakan untuk menyimpan sumberdaya.
3. Proteksi
terhadap inflasi. Terkadang lebih baik menyimpan investasi dalam bentuk
persediaan tetapi tentu saja harus diperhitungkan biaya pemeliharaan atau
penyimpanan persediaan.
4. Ketika
suplai dan permintaan yang tidak biasa terjadi, maka persediaan sangat penting
khususnya untuk produksi yang penjualannya tergantung pada musim atau keadaan
tertentu.
5. Memanfaatkan
diskon kuantitas. Pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya produk,
tetapi hal ini tidak selalu menguntungkan.
6. Menghindari
kehabisan stok. Bila hal ini sering terjadi maka pelanggan akan lebih senang
membeli produk lain untuk memuaskan kebutuhannya.
2.5.2 Jenis Persediaan
Menurut
Handoko (1991), persediaan dapat dibedakan menurut urutan pengerjaan produk
antara lain:
1. Persediaan
bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang berwujud
yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari
sumber-sumber alam, dibeli dari para supplier atau dibuat sendiri oleh
perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selajutnya.
2. Persediaan
komponen-komponen rakitan (purchased part component stock), yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh
dari perusahaan lain dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan
bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu persediaan barang-barang
yang diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak merupakan bagian atau
komponen barang jadi.
4. Persediaan
barang dalam proses (work in process stock), yaitu persediaan barang-barang
yang keluar dari tiap bagian dalam proses produksi atau telah diolah menjadi
suatu bentuk tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan
barang jadi (finished goods stock), yaitu persediaan barang-barang yang telah diolah dalam pabrik dan siap
dijual kepada konsumen.
Assauri (1993) membedakan persediaan
berdasarkan fungsinya sebagai berikut:
1. Batch Stock atau Lot Size Inventory,
yaitu persediaan yang diadakan karena perusahaan memberi atau membuat
bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang
dibutuhkan saat itu.
2. Fluctuation
Cost, yaitu persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation
Cost, yaitu persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan,
berdasarkan pola musiman.
2.6.3 Sistem Persediaan
Sistem
persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor
tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga,kapan
persediaan harus diisi dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem
ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumbersumber daya yang tepat,
dalam kuantitas yang tepat, pada waktu yang tepat (Stevenson, 1990). Sistem dan
model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui penentuan
apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara optimal (Anoraga, 1997).
Pelaksanaan
persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan akan ditentukan oleh
faktor-faktor yang saling berkaitan dengan bahan baku. Faktorfaktor tersebut
antara lain:
1. Perkiraan
pemakaian adalah perkiraan kebutuhan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang
besarnya jumlah bahan baku yang akan dipergunakan dalam perusahaan untuk
keperluan produksi yang akan datang.
2. Harga
bahan baku, merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan
yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku.
3. Biaya-biaya
persediaan yang secara umum terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
4. Kebijakan
pembelian. Besarnya persediaan bahan baku mendapatkan dana dari perusahaan
tergantung kepada kebijakan pembelanjaan dari dalam perusahaan tersebut.
5. Pemakaian
sesungguhnya. Untuk dapat menyusun perkiraan kebutuhan bahan baku mendekati kepada
kenyataan, harus dianalisa besarnya penyerapan bahan baku oleh proses produksi
perusahaan serta hubungannya dengan pemakaian yang sudah disusun. Selain itu
harus diperhatikan faktor pemakaian bahan baku sesungguhnya dari
periode-periode lalu (actual demand).
6. Waktu
tunggu (lead time) merupakan tenggang waktu yang diperlukan (yang terjadi)
antara satu pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu
tunggu harus diperhatikan karena berhubungan dengan penentuan saat pemesanan
kembali (reorder) bahan baku. Dengan diketahuinya waktu tunggu yang
tepat maka perusahaan akan dapat membeli pada waktu yang tepat pula, sehingga
resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal
mungkin.
Biaya variabel yang harus diperhitungkan
dalam penentuan biaya persediaan seperti biaya penyiapan dan biaya kekurangan
bahan baku (Handoko,1984), uraiannya adalah sebagai berikut :
a. Biaya
penyimpanan (holding cost atau carrying cost). Biaya-biaya penyimpanan
per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin
banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi
b.
Biaya
pemesanan/pembelian (order cost atau procurement cost). Secara normal,
biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik bila kuantitas
bertambah besar. Tetapi bila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali
pemesanan, jumlah pesanan per periode akan turun, maka biaya pem
BAB
III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Manajemen persediaan
PT Aerowisata Catering Service dibangun berdasarkan kondisi dan permasalahan
yang dihadapai perusahaan (bottom up) bukan hanya berdasarkan teori. Teori
yang ada dijadikan garis besar dan panduan yang disesuaikan dengan kondisi
perusahaan. Manajemen persediaan yang memberikan hasil optimal dan efektif
dalam penerapannya, adalah manajemen persediaan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan kondisi eksternal dan internal perusahaan, karena sejalan dengan
perubahan tersebut, bentuk manajemen persediaan yang dibutuhkan oleh perusahaan
juga akan berubah.
PT Aerowisata
Catering Service dalam perencanaannya, menggunakan sistem perencanaan manual
dibantu dengan program komputer (sistem perencanaan mundur). Walaupun skala
usahanya besar, namun dengan jumlah permintaan produksi yang bisa dikatakan
berubah-ubah setiap harinya, PT ACS membutuhkan fleksibilitas apabila ada
perubahan perencanaan. Variasi jenis persediaan yang saling berkaitan dan
struktur organisasi yang kompleks lebih mudah diikuti perkembangannya dengan
sistem perencanaan manual. Demikian juga apabila ada umpan balik yang diterima
dari pihak produksi maka perubahan perencanaan sangat mudah untuk dilakukan.
Saran
Saran bagi PT
Aerowisata Catering Service, yang pertama terus menerus mengadakan perbandingan
dengan perusahaan inflight catering manca negara lain
dalam efisiensi manajemen persediaan. Dengan menganalisa kembali manajemen
persediaan dalam jangka waktu tertentu, maka inovasi-inovasi baru yang lebih
efektif dapat membantu PT ACS dalam perkembangannya di masa mendatang.
Kedua, efisiensi
prosedur pembuatan purchase request (PR) dengan
mengurangi/memperpendek rantai pihak-pihak yang menyetujui pembuatan PR. Pihak Cost Controller dan Store Manager perlu mendapat
informasi mengenai bahan baku yang dipesan dan yang akan diterima namun tidak
perlu terlibat dalam penyetujuan pembuatan PR (PR approval). Pada akhir bulan
pihak Cost Controller akan mengadakan pengecekkan mengenai
biaya-biaya, dari informasi yang sudah ada akan dibandingkan dengan kondisi
yang sebenarnya. Demikian juga pihak Store Manager hanya akan
membutuhkan informasi mengenai jumlah bahan baku yang dipesan untuk
dibandingkan dengan jumlah bahan baku yang sebenarnya diterima di gudang.
Ketiga, pihak Purchasing seharusnya memiliki
tanggung jawab untuk menindaklanjuti pemesanan bahan baku yang tidak sesuai
dengan jumlah yang dipesan (sesuai dengan PR dan PO), sehingga pihak kitchen planning lebih berkonsentrasi
kepada perencanaan pembelian dan memenuhi feed back dari bagian produksi.
Pihak purchasing seharusnya bertindak lebih aktif dalam menindaklanjuti
perbedaan jumlah pesanan dan jumlah bahan baku yang sebenarnya diterima.
DAFTAR PUSTAKA
1.Adam, Everette E. Jr & Ronald J.
Ebert. 1992. Production and Operations Management.
Prentice Hall. USA.
5.Stevenson, William J. 1990. Production/Operation
Management. Second Edition. Prentice Hall. USA.
esanan total
juga akan turun.
Wah..makalah bagus tapi sayang tidak sekalian memberikan riset masalah pembayaran oleh Pihak PT ACS terhadap vendor2/suplier2 pasti akan terlihat ketidak efisiensinya dan ketidak konsistennya mereka.
BalasHapusVendor dikenakan denda jika telat tapi setelah vendor kerja bagus tapi ga dibayar2.
Vendor dtg ke kantor PT ACS utk menagih pembayaran malah di black list dr vendor di PT ACS.
Wahai vendor2 hati2 dgn mereka, byk outstanding dr vendor yg tertahan disana, jgn mjd korban selanjutnya.
makasih ya makalahnya, sedikit membantu saya mengerjakan tugas
BalasHapushttp://jatifurnitur.com/ mebel jepara berkualitas terbaik.
BalasHapushttp://goo.gl/l7U4G8
BalasHapusinformasinya keren. Terimakasih :)
Kepada yth
BalasHapusPimpinan / Direksi Perusahaan
Up : Bagian Pengurus TENDER & GARANSI BANK
Hal : Penawaran Bank Garansi & Surety Bond ( Non Collateral )
Dengan Hormat,
Terlebih dahulu perkenalkan kami dari PT.SINARMAS DERA UNGGUL, sebagai Jasa Asuransi & Bank Garansi Bersertifikat AAUI No.0709000175, dalam kesempatan ini kami bermaksud untuk menawarkan Jaminan Peng-Coveran Garansi Bank & Asuransi yang di Back-Up oleh Perusahaan Perbankan & Asuransi Pemerintah Maupun Asuransi Swasta. Adapun hal-hal yang kami tawarkan adalah sebagai berikut :
1….SURETY BOND ( ASURANSI )
Asuransi pemerintah di antaranya : ASKRINDO, JASINDO, ASEI ,DLL.Asuransi swasta adalah : MEGA PRATAMA, INTRA ASIA, RAYA, VICTORIA, BOSOWA PERSIKOP dan Asuransi swasta umum lainnya, yang sudah terdaftar di DEPARTMENT KEUANGAN RI.
2....BANK GUARANTEE (BANK GARANSI)Bank Garansi diantaranya adalah :BRI,BNI,DKI,SUMUT,SUMSEL,LAMPUNG dan bank yang lainya.
Demikianlah surat penawaran ini kami sampaikan, semoga ini bisa menjadi langkah awal kita untuk menjalin kerja sama dengan baik dan dapat berkesinambungan di masa yang akan datang. Atas perhatian dan pertimbanganya kami ucapkan terima kasih.
Proses Cepat, Tanpa Agunan / Non Collateral
Untuk Informasi Lebih Lanjut Hub :
Marketing : Supardi
Hp : 0812 9311 6363
Email : supardi.sdu@gmail.com
Mengerjakan makalah dari perusahaan tempat saya bekerja..lebih membantu..trimakasih..
BalasHapus