TOKSODINAMIK
Toksodinamik adalah mekanisme kerja suatu
polutan/ zat terhadap suatu organ
sasaran pada umumnya melewati suatu rantai reaksi yang dapat dibedakan
menjadi 3 fase utama,yaitu:
a) Fase Eksposisi
b) Fase Toksokinetik
c) Fase
Toksodinamik ( Lihat gambar ).
Jenis-jenis zat kimia toksik yang umum
di tempat kerja:
a. Zat padat walaupun
kecil kemungkinan untuk menyebabkan keracunan, tetapi dapat masuk ke mulut
melalui makanan, dapat terhirup maupun terabsorpsi melalui kulit jika berubah
bentu. Padahal beberapa proses industri memungkinkan zat padat berubah menjadi
debu, gas maupun uap dan akhirnya menjadi cair.
misalnya: debu kayu, asap dan uap las,
pembakaran polyurethane (bahan plastik).
b.
Debu adalah partikel kecil dari zat padat, misal: debu semen, debu
fiberglass, debu kapas, debu biji-bijian,debu asbes, dll. Bahaya debu terutama
bila terhirup dalam sistem pernafasan.
c.
Cairan banyak ditemukan dalam proses dan produk industri, misal: asam
dan solvent. Banyak dari cairan kimia juga mengeluarkan uap yang sangat toksik
jika terhirup. Cairan ini juga terabsorpsi ke dalam sistem peredaran darah
melalui kulit.
d.
Uap bisa berasal dari bentuk alamiah zat tersebut dalam temperatur
normal maupun uap dari zat cair. Selain dapat bersifat iritatif bagi kulit,
mata dan saluran pernafasan, uap juga dapat bersifat flammable atau
mudah terbakar dan explosive atau mudah meledak.
e.
Gas dapat berasal dari perubahan bentuk zat padat maupun cair dalam
kondisi panas. Gas dapat terdeteksi dari bau dan warna, tetapi ada beberapa gas
yang tidak bisa terdeteksi dengan bau dan warna, contoh gas CO. Gas mudah
terhirup dan efeknya sering dirasakan ketika kondisi tubuh sudah sangat rapuh.
Gas juga dapat
bersifat flammable atau explosive.
Fase
Toksodinamik
Fase
toksodinamik meliputi interaksi antara molekul zat racun dan tempat kerja
spesifik yaitu reseptor. Harus dibedakan antara proses untuk pelepasan suatu
rangsang pada organ sasaran tempat tokson menyerang dan proses pelepasan
rangsang sampai terjadinya suatu efek di tempat kerja, tempat efek terjadi atau
diamati. Efek tersebut adalah hasil sederetan proses yaitu proses kimia biasa
yang tercapai melalui rangsang dan tidak lagi tergantung pada sifat khas
rangsang yang diimbas obat. Jadi pada kondisi tetap, stimulus yang sama, tidak
tergantung pada senyawa mana penyebab stimulus, akan menyebabkan efek yang
tetap. Organ sasaran dan tempat kerja tidak perlu sama.
1). Fase
Eksposisi :
Merupakan ketersediaan
biologis suatu polutan
di lingkungan dan hal
ini erat kaitannya
dengan perubahan sifat-sifat
fisikokimianya. Selama fase eksposisi, zat beracun dapat diubah melalui
berbagai reaksi kimia/fisika
menjadi senyawa yang lebih toksis
atau lebih kurang
toksis. Jalur intoksikasinya lewat Oral, Saluran Pernafasan dan
Kulit.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi sifat polutan tersebut adalah atmosfer, air dan biota. Transportasi dan transformasi
zat/polutan di lingkungan berhubungan
erat dengan sifat-sifat fisikokimia polutan; proses transportasi polutan
di lingkungan dan transformasi polutan yang terjadi di lingkungan. Pemaparan
bahan polutan ke lingkungan akan mengalami berbagai proses transformasi tergantung atas media
transportasinya antara lain air, udara, tanah dan biota ( Connel Des. W . and
Gregory J. Miller, 1984).
2). Fase Toksokinetik :
Hanya sebagian dari jumlah zat yang diabsorpsi
mencapai organ target suatu zat toksis di dalam tubuh organisme , yakni
di lokasi jaringan/molekul yang sesuai. Dibedakan atas proses -proses :
- Absorbsi dan distribusi ( Invasi)
- Biotransformasi (Perubahan metabolik)
- Akumulasi
- Ekskresi
Arsorbsi dan Distribusi:
Jalur masuk utama:
- sal. Napas
- kulit
- sal. pencernaan
Harus melewati membran sel : difusi, osmosis, transport aktif
Dapat timbul efek lokal pada tempat kontak : bahan iritan – korosif.
3). Fase Toksodinamik :
Suatu kerja
zat toksis pada
umumnya adalah hasil interaksi dari sejumlah proses yang
sangat rumit dan kompleks.
a)Lewat
interaksi kimia antara suatu zat atau
metabolitnya dengan substrat biologi akibat terbentuknya
ikatan kimia kovalen yang tak
bolak-balik atau terjadinya
perubahan substrat biologi
sebagai akibat dari suatu perubahan
kimia zat.
b) Lewat interaksi yang bolak-balik (reversible) antara zat
asing dengan substrat biologi. Hal
ini menyebabkan suatu
perubahan fungsional, yang
lazimnya hilang bila
zat tersebut dieliminir dari plasma.
SPEKTRUM EFEK TOKSIK
Berbagai
jenis efek toksik dapat dikelompokkan menurut organ sasarannya, mekanisme
kerjanya, atau ciri-ciri lain.
1).Efek Lokal dan Sistemik
Beberapa
bahan kimia dapat menyebabkan cedera pada tempat bahan itu bersentuhan dengan
tubuh. Efek lokal ini dapat diakibatkan oleh senyawa kaustik, misalnya pada
saluran pencernaan, bahan korosif pada kulit, serta iritasi gas atau uap pada
saluran napas. Efek lokal ini menggambarkan perusakan umum pada sel-sel hidup.
Efek
sistemik terjadi hanya setelah toksikan diserap dan tersebar ke bagian lain
tubuh. Pada umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapa organ saja.
Organ seperti itu dinamakan “organ sasaran”. Kadar toksikan dalam organ sasaran
tidak selalu yang paling tinggi. Contohnya, organ sasaran metil merkuri adalah
SSP, tetapi kadar metil merkuri di hati dan ginjal jauh lebih tinggi. Atau
organ sasaran DDT adalah SSP, tetapi DDT terkumpul di jaringan lemak.
2).Efek Berpulih dan Nirpulih
Efek
toksik disebut berpulih (reversibel) jika efek itu dapat hilang dengan
sendirinya. Sebaliknya, efek nirpulih (ireversibel) akan menetap atau justru
bertambah parah setelah pajanan toksikan dihentikan. Efek nirpulih diantaranya
karsinoma, mutasi, kerusakan saraf, dan sirosis hati.
Beberapa
efek digolongkan nirpulih walaupun kadang dapat hilang beberapa waktu setelah
pajanan toksikan dihentikan. Misalnya efek insektisida golongan penghambat
kolinesterase yang disebut “ireversibel”, karena menghambat aktivitas enzim
untuk jangka waktu yang sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk sintesis dan
mengganti enzim tersebut.
Efek
toksikan dapat berpulih bila tubuh terpajan pada kadar yang rendah atau untuk
waktu yang singkat. Sementara, efek nirpulih dapat dihasilkan pada pajanan
dengan kadar yang lebih tinggi atau waktu yang lama.
3).Efek Segera dan Tertunda
Banyak
toksikan menimbulkan efek segera, yaitu efek yang timbul segera setelah satu
kali pajanan. Contohnya, keracunan sianida. Sedangkan efek tertunda timbul
beberapa waktu setelah pajanan. Pada manusia, efek karsinogenik pada umumnya
baru nyata jelas 10-20 tahun setelah pajanan toksikan. Pada hewan pengerat pun
dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk timbulnya efek karsinogenik.
4).Efek Morfologis,Fungsional dan Biokinia
Efek
morfologis berkaitan dengan perubahan bentuk luar dan mikroskopis pada
morfologi jaringan. Berbagai efek jenis ini, misalnya nekrosis dan neoplasia,
bersifat nirpulih dan berbahaya. Efek fungsional biasanya berupa perubahan
berpulih pada fungsi organ sasaran. Oleh karena itu pada penelitian
toksikologi, fungsi hati dan ginjal selalu diperiksa (misalnya, laju ekskresi
zat warna).
Oleh
karena efek fungsional biasanya berpulih, sedangkan efek morfologis tidak,
beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan fungsional
dapat diketahui lebih dini, atau dapat dideteksi pada hewan dalam dosis yang
lebih rendah daripada dosis yang menyebabkan perubahan morfologis.
Walaupun
semua efek toksik berkaitan dengan perubahan biokimiawi, pada uji toksisitas
rutin, yang dimaksud dengan “efek biokimiawi” adalah efek toksik yang tidak
menyebabkan perubahan morfologis. Contohnya, penghambatan enzim kolinesterase
setelah pajanan insektisida organofosfat dan karbamat.
Reaksi Alergi dan Idiosinkrasi
Reaksi
alergi (reaksi hipersensitivitas atau sensitisasi) terhadap toksikan disebabkan
oleh sensitisasi sebelumnya oleh toksikan itu atau bahan yang mirip secara
kimiawi. Bahan kimia itu bekerja sebagai hapten dan bergabung dengan protein
endogen membentuk antigen yang akan merangsang pembentukan antibodi. Pajanan
berikutnya akan menghasilkan interaksi antigen-antibodi berupa reaksi alergi.
Jadi reaksi ini berbeda dengan efek toksik biasa. Pertama, karena dibutuhkan
pajanan awal, dan kedua, karena kurva dosis-respons yang khas, yang berbentuk
sigmoid, tidak muncul pada reaksi alergi. Walaupun demikian, pada sensitisasi
kulit, dapat diperlihatkan adanya dosis ambang untuk induksi (pajanan awal)
maupun untuk pajanan kedua.
Pada
umumnya, reaksi idiosinkrasi didasari oleh faktor keturunan yang menyebabkan
reaktivitas abnormal terhadap bahan kimia tertentu. Contohnya, pada orang yang
kekurangan NADH methemoglobinemia reduktase yang sangat peka terhadap nitrit
dan bahan kimia lain sehingga terjadi methemoglobinemia.
Respon Bertingkat dan Respon Kuantal
Pengaruh
terhadap berat badan, konsumsi makanan, dan pengambatan enzim merupakan contoh
respon bertingkat. Sedangkan mortalitas dan pembentukan tumor adalah contoh
respon kuantal (ada atau tidak sama sekali). Reaksi ini mengikuti kurva
hubungan dosis-respons.
jadi
jika dosisnya naik, begitu pula responsnya, baik dari segi proporsi populasi
yang bereaksi, maupun dari segi keparahan respon bertingkat tadi. Bahkan efek
toksik tambahan akan timbul kalau dosisnya meningkat. Contohnya kekurangan
vitamin C akan mengakibatkan gejala defisiensi, tetapi kelebihan vitamin akan
segera dibuang melalui urin.
DAMPAK
BAHAN TOKSIK BAGI MANUSIA
EFEK KESEHATAN
1. Fibrosis > pertumbuhan jaringan ikat dlm
jumlah yg berlebihan
2. Granuloma > benjolan akibat proses
peradangan menahun
3. Demam > meningkatnya temperatur
tubuh
4. Asphyxia > keadaan dimana darah
& jaringan kekurangan O2
5. Alergi > reaksi berlebih terhadap
materi tertentu
6. Kanker > pertumbuhan sel yg tdk
terkendali
7. Mutasi > perubahan susunan & jumlah
gen
8. Teratogen > cacat
9. Sistemik > racun yg menyerang
hampir ke seluruh organ tubuh
EFEK AKUT DAN KRONIS
Efek keracunan pada tubuh manusia dibagi
menjadi dua yaitu:
Efek Akut
:pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat atau
dirasakan dalam waktu pendek.contoh:keracunan fenol menyebabkan diare dan CO
dapat menyebabkan hilang kesadaran atau kematian dalam waktu singkat.
Efek Kronis: suatu akibat keracunan bahan-bahan
kimia dalam dosis kecil tetapi terus-menerus dan efeknya baru bisa dirasakan
dalam jangka panjang (minggu,bulan dan tahun).misalnya:menghirup udara benzene
dan senyawa hidrokarbon terklorinasi seperti kloroform,karbon tetraklorida
dalam kadar rendah tetapi terus menerus akan menimbulkan penyakit pada hati
(lever) setelah beberapa tahun.uap timbal akan napas. Efek lokal ini menggambarkan
perusakan umum pada
A.Mutagenesis
Mutagenesis
dapat terjadi akibat interaksi antara zat mutagen dan zat genetik organisme.
Meskipun mutasi spontan dan seleksi alam merupakan cara evolusi utama, dalam
dasawarsa akhir-akhir ini sejumlah toksikan terbukti bersifat mutagen bagi
jenis organisme.
Bahaya bagi
kesehatan.
Efek
akhir pajanan manusia terhadap berbagai zat mutagen ini belum dapat diramalkan.
Namun sebagai aborsi spontan, kelahiran mati, dan penyakit turunan telah
terbukti berkaitan dengan perubahan dalam molekul-molekul DNA dan dengan
aberasi kromosom. Ada sekitar 1000 mutasi gen dominan yang bertanggung jawab
untuk berbagai penyakit, termasuk neoplasma turunan, misalnya retinoblastoma
bilateral; jumlah kelainan gen resesif, misalnya anemia sel sabit, fibrosis
kistik, dan penyakit Tay-Sachs, kurang lebih sama. Selain itu, aberasi kromosom
berhubungan dengan penyakit, misalnya sindroma Down, sindroma Klinefelter, dan
sindroma Turner. Diperkirakan penyakit-penyakit itu akan muncul dengan insidens
0,5% di antara kelahiran hidup di Amerika Serikat. Di lingkungan, efek mutagen
apapun hanya dapat nyata setelah selang waktu beberapa generasi. Karena masalah
ini merupakan persoalan yang serius, diperlukan penyelidikan luas dalam
berbagai bidang mutagenensis.
Penyebab
Mutasi (Mutagen):
Penyebab
mutasi dalam lingkungan dapat bersifat fisik, kimia, dan biologis.
a.Mutagen
Fisik
Penyebab mutasi dalam lingkungan yang
bersifat fisik adalah radiasi dan suhu. Radiasi sebagai penyebab mutasi
dibedakan menjadi radiasi pengion dan radiasi bukan pengion. Radiasi pengion
adalah radiasi berenergi tinggi sedangkan radiasi bukan pengion adalah radiasi
berenergi rendah. Contoh radiasi pengion adalah radiasi sinar X, sinar gamma,
radiasi sinar kosmik. Contoh radiasi bukan pengion adalah radiasi sinar uv. Radiasi
pengion mampu menembus jaringan atau tubuh makhluk hidup karena berenergi
tinggi.Sementara radiasi bukan pengion hanya dapat menembus lapisan sel-sel
permukaan karena berenergi rendah.
b.Mutagen
Kimiawi
Penyebab mutasi dalam lingkungan yang
bersifat kimiawi disebut juga mutagen kimiawi. Mutagen-mutagen kimiawi tersebut
dapat dipilah menjadi 3 kelompok, yaitu analog basa, agen pengubah basa dan
agen penyela. Senyawa yang merupakan contoh analog basa adalah 5-Bromourasil (5
BU). 5-BU adalah analog timin. Dalam hubungan ini posisi karbon ke-5 ditempati
oleh gugus brom padahal posisi itu sebelumnya ditempati oleh gugus metil.
Keberadaan gugus brom mengubah distribusi muatan serta meningkatkan peluang
terjadinya tautomerik. Senyawa yang tergolong agen pengubah basa adalah mutagen
yang secara langsung mengubah struktur maupun sifat kimia dari basa, yang
termasuk kelompok ini adalah agen deaminasi, agen hidroksilasi serta agen
alkilasi.
B.Karsinogenesis
Istilah
karsinogenesis biasanya didefinisikan sebagai induksi atau peningkatan
neoplasia oleh zat-zat kimia.meskipun secara etimologi arti tepatnya adalah
induksi karsinoma,istilah ini digunakan secara luas untuk pembentukan
tumor.dengan kata lain istilah ini mencakup tidak hanya keganasan epithelial
(karsinoma) tetapi juga tumor ganas mesenkim (sarcoma) dan tumor-tumor jinak.
Karsinogenesis merupakan proses perubahan menjadi kanker, proses ini melalui
tahapan yang disebut sebagai multistep carsinogenesis. Proses
karsinogenesis secara bertahap diawali dengan proses inisiasi, dilanjutkan
dengan promosi dan berlanjut dengan progresi dari sel normal menjadi sel
kanker.
Klasifikasi
Karsinogen
Menurut
cara kerjanya,karsinogen dapat dikelompokkan karsinogen genotoksik dan
epigenetic (non-genetoksik).
a.Karsinogen Genotoksik
Ada 2 jenis karsinogen kelompok ini :
Karsinogen Kerja Langsung (juga
dikenal sebagai karsinogen akhir) bersifat elektrofilik dan dapat terikat pada
DNA dan makromolekul lainnya.contohnya adalah epoksid alkil dan aril,lakton,ester
sulfat,nitrosamid,nitrosourea.
Prakarsinogen (juga
dikenal sebagai prokarsinogen) memrlukan pengubahan lewat bioaktivasi untuk
menjadi karsinogen akhir,baik secara langsung atau melalui pembentukan
karsinogen antara.sebagian besar karsinogen kimia yang dikenal kini memang
tergolong kelompok ini,misalnya hidrokarbon aromatic polisiklik,amin
aromatic,alkaloid pirolisidin,safrol dan tioamid.
b.Karsinogen Epigenetik
Zat-zat ini
tidak merusak DNA tetapi meningkatkan pertumbuhan tunor yang terinduksi oleh
karsinogen genotoksik.
Kokarsinogen meningkatkan
efek karsinogen genotoksik bila diberikan bersamaan.kerjanya mungkin dengan
meningkatkan kadar inisiator.ini dapat dicapai dengan meningkatkan absorbsi
karsinogen disaluran cerna,kulit,atau dengan meningkatkan bioaktivasi.
C.Teratogenesis
Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan pada bayi baru lahir.
Kelainan ini sudah diketahui selama beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab
utama morbiditas serta mortilitas pada bayi baru lahir. Pada awalnya terjadinya
teratogenesis dihubungkan dengan akibat kekurangan gizi pada wanita semasa
hamil.
Namun penelitian pada era baru diketahui
adanya pengaruh penggunaan zat kimia terhadap terjadinya efek teratogenik.
Bermula dari penggunaan talidomid, suatu obat hipnotik-sedatif, dalam klinik.
Obat ini diperkenalkan pertama kali pada akhir tahun 1950-an di Jerman, dan
terbukti relative tidak toksik / mematikan pada hewan coba dan manusia.
Obat ini digunakan, antara lain untuk meringankan mual-mual pada hamil muda.
Pengaruh zat kimia terhadap proses teratogenesis
Zat kimia dan obat-obat farmasi
dapat mengakibatkan kecacatan pada janin.misalnya: minuman beralkohol(etanol),
jenis psikotropik, dan narkotik (nitrazepam atau mogadon).Contoh zat lainnya
adalah talidomis; antagonis folat ;hormon androgen; alkohol;
antikejang; warfarin(anti koagulan oral); dan asam 13-sis
retinoat,yang digunakan mengobati agne parah.Sebagai contoh Talidomid.
Talidomid adalah sejenis obat anti muntah dan obat tidur. Cacat yang
ditimbulkan oleh talidomid adalah tidak tebentuknya atau kelainan yang nyata
pada tulang panjang atresia usus dan kelainan jantung.
Alkohol ,mungkin bahan paling
sering digunakan saat ini, merupakanteratogen lingkungan paling penting. Bayi
yang terkena memperlihatkan retardasi pertumbuhan pranatal dan pasca
natal,anomali wajah dan gangguan psikomotor. Kelainan ini bersama disebut
sebagai sindrom alkohol janin (fetal alcohol syndrome).Sementara
nikotin yang berasal dari adap rokok belumsecara meyakinkan dibuktikan sebagai
teratogen, pada para perempuan perokok ditemukan peningkatan insiden abortus
spontan; yaitu aborsi yang terjadi secara langsung, prematur, dan kelainan
placenta; bayi yang baru lahir dari ibu perokoksering mengalami berat badan
rendah dan sering mengalami kematian mendadak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar